- Judul buku: Goodbye Daniel
- Penulis: Erisca Febriani
- Penerbit: Coconut Books
- Halaman: 351
Hai.., buat kalian yang sering dibanding-bandingkan, baik oleh orang tua, guru, atau teman kita sendiri, kalian wajib baca novel ini. Sebuah novel karya Erisca Febriani yang berjudul “Goodbye Daniel”. Dari novel tersebut kalian mungkin bisa menemukan titik kebaikan dibalik cobaan dibanding bandingkan.
Novel yang memiliki 351 halaman itu menceritakan tentang seorang laki-laki yang dibanding- bandingkan dengan saudara kembarnya.Terbit pada November 2021, “Goodbye Daniel” adalah novel prekuel dari “Dear Nathan”.
Ide penulis untuk menulis novel ini muncul sewaktu sedang membaca ulang novel “Dear Nathan”. Penulis merasa dalam novel “Dear Nathan” terdapat beberapa bagian yang belum ia jelaskan. Bagian tersebut adalah kisah Daniel, alasan hubungan Nathan dan Papa Ardi merenggang, alasan Mama Meli tidak ingat dengan Nathan, dan hanya terfokus dengan Daniel. Semua bagian itu lalu dirangkai menjadi novel “Goodbye Daniel”.
Kisah ini bermula dari dua laki-laki kembar yang terlahir tidak senasib. Nathan Januar Prasetyo dan Daniel Arsaya Prasetyo, sejak kecil mereka adalah saudara kembar yang menjadi pusat perhatian. Meli, sang ibu sering memakaikan barang yang sama kepada mereka. Saudara identik itu terlihat sama mulai ujung kepala sampai ujung kaki hingga nyaris tak bisa dibedakan.
Seiring berjalannya waktu, orang-orang dapat membedakan Nathan dan Daniel melalui sifat mereka yang berlawanan seperti kutub utara dan selatan. Nathan merupakan anak yang bandel dan pemalas sedangkan Daniel adalah anak yang cerdas dan penurut. Bahkan Meli, ibu mereka secara terang terangan lebih mengutamakan Daniel daripada Nathan.
Nathan dan daniel masuk di sekolah dasar yang berbeda. Dengan kepintarannya, Daniel masuk di SD unggulan dan sering mendapatkan prestasi di tiap tahunya. Sedangkan Nathan hanya masuk di SD biasa dan selalu mendapat nilai merah di rapotnya sehingga sering mendapat teguran dari guru.Setiap pagi ketika sarapan sebelum berangkat sekolah, selalu terhidang dua piring nasi goreng dan dua gelas susu cokelat untuk mereka. Padahal Nathan lebih menyukai susu vanila yang sayangnya tidak pernah tersaji di meja makan mereka ketika sarapan.
Mama Meli sering memarahi Nathan dan membanding bandingkanya dengan Daniel. Bahkan ia tidak pernah mengambil raport Nathan di sekolahnya.Peran itu selalu ia wakilkan pada Bi Ijah, seorang pembantu rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumahnya. Kebiasaan Mama Meli membanding bandingkan Nathan dan Daniel berlanjut hingga mereka duduk di bangku SMP. Hingga suatu waktu, Mama Meli menganggap Nathan bukan sebagai anaknya. Dibalik semua itu, ada Papa Ardi yang menjadi penengah dari permasalahan yang ada.
Puncak cerita dalam novel ini terdapat pada saat kepergian Daniel. Kepergian tersebut meninggalkan penyesalan dalam hidup Nathan dan luka yang amat dalam bagi Mama Meli. Mama Meli mengalami depresi berat hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa. Pada saat-saat yang berat itu Papa Ardi justru menikah lagi. Nathan merasa kesepian dan membutuhkan sosok penyemangat untuk melanjutkan hidup, hingga ia bertemu dengan sosok yang menghidupkan kembali hari-harinya.
Novel ini sayangnya kurang menceritakan dengan detail peran Papa Ardi dalam hidup Nathan dan Daniel. Akan tetapi novel ini memuat beragam nilai yang dapat diambil oleh pembaca. Salah satunya adalah jangan menyia-nyiakan waktu dengan orang tersayang dan nikmati waktu sebaik mungkin karena waktu muda adalah waktu yang tebaik seumur hidup. Hal terberat dalam kehidupan bukanlah perasaan yang ditinggalkan melainkan berusaha menjalani kehidupan dengan sisa kenangan yang masih tersimpan di ingatan.
penulis: Nada Salsabila